Post Title 2

Kamis, 24 Februari 2011

Nasehat

Posted by Meeyee DoDoL Cuek On 23.17 No comments

Lihat Diri Sebelum Berbicara

eramuslim - Undzur ma qoola walaa tandzur man qoola -Dengar apa yang
dikatakannya dan jangan lihat siapa yang mengatakannya- satu ungkapan lama dari
ulama yang sejatinya dimaknai agar kita bersikap kritis terhadap setiap
perkataan orang, disisi lain tidak mengambil kebenaran hanya karena memandang
kedudukan, status orang yang mengatakannya. Namun, sejalan dengan beragam
pemikiran manusia, beragam pula interpretasi terhadap ungkapan tersebut hingga
satu titik interpretasi sederhana bahwa tidak perlu melihat siapa yang
mengatakannya, karena yang penting adalah apa yang dikatakan orang tersebut.
Satu interpretasi yang salah yang terus bergulir yang kemudian tidak jarang
dijadikan alasan pembenaran bagi seorang juru dakwah (da'i) untuk tidak tampil
dengan penampilan terbaiknya, karena baginya yang penting apa yang akan
disampaikannya penuh nilai dan berbobot.

Anda tentu pernah melihat tukang-tukang obat yang beraksi di tengah keramaian,
meski tak pernah belajar teori komunikasi -apalagi kuliah strata satu di
fakultas ilmu komunikasi- tapi memiliki kemampuan untuk menyedot perhatian orang
banyak hingga rela berdiri untuk sekian lama memperhatikan cuap-cuap si tukang
obat. Jual obat belakangan, yang penting orang senang dulu dan betah untuk
berlama-lama bersamanya. Bisa jadi kita juga semua tahu bahwa obat yang dijual
masih perlu dipertanyakan kualitasnya, juga kemanjurannya, tapi pernahkah Anda
mempertanyakan pada diri sendiri, kenapa Anda mau berhenti sejenak untuk
memperhatikan tukang obat itu sendiri. Dan tidak jarang, pada akhirnya, ada yang
membeli obat tersebut.

Setiap marketing yang handal dan pengalaman, tentu sangat mengerti jawabannya.
Prinsip dasar yang dipegang selama ini dalam menentukan keberhasilan marketing
adalah "The singer not the song-. Pada umumnya, keputusan untuk membeli suatu
barang sangat ditentukan oleh emosi si pembeli. Termasuk misalnya, pembeli
merasa senang, suka ataupun sebaliknya terhadap penjual. Setiap penjual yang
baik, biasanya memulai dengan dan mampu untuk "menjual- dirinya terlebih dulu
sebelum menjual produk. Syukurnya, dalam kerangkan budaya masyarakat Indonesia
pada umumnya masih lebih berorientasi pada "siapa yang berbicara-. Sebagai
contoh lagu dan penyanyi misalnya, orang kita masih memandang penyanyinya, bukan
lagunya. Coba Anda perhatikan di kampung-kampung misalnya, tertulis besar-besar
pengumuman, "Hadirilah pagelaran musik, menghadirkan Cucum Cumenah, Artis Top
Ibukota-. Anda tidak akan pernah mendapati, judul lagu yang ditulis dalam
pengumuman tersebut. Apapun lagunya, kalau yang membawakannya adalah artis top
yang sudah kondang dan kesohor bahkan menjadi pujaan, tidak penting lagi apakah
lagu tersebut jelek atau bagus.

Jadi, sekedar untuk mengembalikan pemahaman sebenarnya dari ungkapan ulama
(bukan hadits) diatas, bahwa setiap kita semestinya kritis terhadap apa yang
dikatakan orang. Namun jika masih tetap ada yang "keukeuh- menginterpretasikan
hal itu sebagai tidak perlu melihat siapa yang mengatakannya, kali ini,
seharusnya dipahami bahwa sesungguhnya masyarakat kita sangat betul
memperhatikan siapa yang berbicara. Sebagus apapun, sebaik apapun nasihat yang
akan anda sampaikan kepada orang lain, luangkan waktu sejenak untuk sekedar
memperhatikan penampilan Anda, dan memperbaiki bagian yang kurang sedap
dipandang. Dalam pemahaman yang lebih luas, seperti dijelaskan dalam Surat Ash
Shaft ayat 2 dan 3, bahwa sebelum mengatakan sesuatu, semestinya kita sudah
melakukannya. Sehingga orang lain akan melihat kita sebagai tauladan, bukan
sebagai pembual yang hanya pandai mengajak orang, tapi ianya tetap pada
keburukan. Wallahu 'a'lam bishshowaab (Bayu Gautama).



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar